WASPADA BATUK PADA ANAK (BATUK YANG DISERTAI DARAH)
Batuk darah adalah
keluarnya darah atau lendir bercampur darah pada saat batuk. Batuk darah yang
terjadi pada seorang anak, biasanya akan membuat orangtua menjadi cemas dan
kuatir. Orangtua langsung menduga-duga adanya suatu keadaan yang serius atau
berbahaya yang terjadi pada anaknya. Tidak jarang mereka mengaitkan
dengan penyakit yang sering menjadi penyebab batuk darah pada pasien dewasa,
yaitu tuberkulosis (TB) atau yang dahulu dikenal sebagai TBC.
Pada banyak kejadian,
sebenarnya yang terjadi bukan hal yang serius. Sumber darah yang keluar saat
batuk sering kali adalah perlukaan dinding permukaan saluran napas oleh aliran
udara yang cepat dan kuat saat terjadi batuk. Pada keadaan demikian tidak perlu
dilakukan tindakan pemeriksaan maupun terapi khusus. Anak yang mengalami
mimisan, sebagian darahnya dapat terhirup yang kemudian menimbulkan refleks
batuk, sehingga dikira batuk darah. Batuk darah juga dapat dirancukan dengan
muntah darah. Terdapat perbedaan antara batuk darah dengan muntah darah. Pada
batuk darah warna darah merah segar, dapat berbusa, dan biasanya tercampur
dengan lendir / dahak. Sedangkan muntah darah, warnanya lebih tua / hitam, dan
biasanya tercampur dengan makanan.
Pada sebagian kecil
kasus, batuk darah mungkin saja sebagai tanda adanya kelainan / gangguan /
penyakit pada sistem organ pernapasan atau organ lain. Pada jenis ini,
batuk darah biasanya didahului oleh berbagai gejala dan tanda yang sudah
berlangsung cukup lama sebelum terjadinya batuk darah. Pasien sudah mengeluh
batuk lama atau berulang, ada gangguan gizi, pasien sering mengalami sakit dan
sebagainya. Jadi batuk darah yang ‘serius’ tidak terjadi dengan tiba-tiba.
Sistem organ pernapasan
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu salurannya mulai dari hidung tenggorokan
hingga percabangan saluran napas yang disebut bronkus, yang berlanjut ke
saluran yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Bagian kedua adalah jaringan
paru tempat terjadinya pertukaran gas. Sumber darah pada batuk darah dapat
berasal dari manapun mulai dari hidung hingga paru. Pasien yang mengalami
mimisan, darahnya dapat terhisap ke bagian belakang dan kemudian dibatukkan
keluar. Makin bawah sumber perdarahannya, makin serius penyakit yang
terjadi.
Penyebab batuk darah
pada anak sangat bervariasi. Infeksi saluran napas bagian atas (laringitis,
trakeitis) hingga bagian bawah (bronkitis, pneumonia) dapat menjadi sumber
batuk darah. Terhirupnya benda asing ke dalam saluran napas juga dapat menjadi
penyebab batuk darah. Seperti kita ketahui anak balita terutama di bawah dua
atau tiga tahun gemar memasukkan benda apa saja ke hidung atau mulut. Jika
pasien kemudian tersedak, benda ini dapat terhirup masuk ke saluran napas,
melukai dinding saluran napas dan merangsang timbulnya batuk.
Penyakit ganguan
pembekuan darah juga dapat menyebabkan terjadinya batuk darah. Penyakit jantung
bawaan dengan berbagai variannya dapat menyebabkan terjadinya batuk darah.
Bronkiektasis adalah penyakit berupa pelebaran abnormal akibat rusaknya dinding
saluran napas. Pasien dengan bronkiektasis biasanya mengalami batuk berulang
dengan dahak yang produktif. Rusaknya dinding saluran napas ini dapat mengenai
pembuluh darah sehingga pasien mengalami batuk darah. Penyakit tuberkulosis
(TB) paru pada anak juga dapat menyebabkan batuk darah, walaupun kejadiannya
jarang. Ini biasanya terjadi pada anak yang agak besar di atas 12 tahun.
Jika memang batuk darah
diduga karena adanya penyakit yang serius, maka pemeriksaan awal yang perlu
dilakukan adalah foto Rontgen dada. Pemeriksaan ini dapat membantu
mengetahui beberapa penyakit / kelainan di sistem organ pernapasan. Bila foto
polos (biasa) belum dapat menemukan kelainan penyebab, dapat dilakukan
pemeriksaan CT-scan yang lebih akurat hasilnya. Pemeriksaan fungsi perdarahan
dan pembekuan darah juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
gangguan fungsi darah sebagai penyebab. Jika diduga adanya kelainan jantung,
maka evaluasi khusus jantung perlu dilakukan seperti pemeriksaan
ekokardiografi. Bila belum ditemukan penyebab yang jelas, pemeriksaan
selanjutnya adalah dengan pemeriksaan bronkoskopi (teropong saluran napas) yang
dapat melihat dan mengevaluasi secara langsung ke dalam saluran napas.
Beratnya batuk darah
dilihat dari jumlah yang keluar dalam satu hari. Disebut ringan bila jumlahnya
kurang dari 200 mL, dan berat bila lebih daripada itu. Batuk darah yang ringan
dapat ditatalaksana rawat jalan, sedang yang berat perlu rawat inap. Tiga hal
utama yang perlu dilakukan adalah menghentikan perdarahan, mencegah terhirupnya
kembali (aspirasi) cairan darah ke dalam saluran napas, dan mengobati penyakit
dasarnya.
Batuk darah pada anak
umumnya ringan bukan masalah serius dan akan membaik dengan sendirinya. Oleh
karena itu orangtua tidak perlu panik bila mendapatkan anaknya mengalami batuk
darah. Evaluasi sederhana biasanya mencukupi dan tidak diperlukan prosedur
medis lebih lanjut. Pasien cukup menjalani layanan rawat jalan, yang diperlukan
adalah pengamatan keadaan anaknya. Umumnya kejadian batuk darah tidak akan
berlanjut. Pada beberapa kasus yang terbatas, batuk darah merupakan masalah
medis serius yang memerlukan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut di rumah
sakit.
Perlukan di rontgen
Orangtua sering membawa anak
dengan keluhan batuk ke dokter dan bertanya apakah perlu diperiksa lebih
lanjut. Risih mendengar suara
batuk dan kasihan, begitulah alasan orangtua. Tak jarang di antara mereka yang
khawatir kalau anak terserang ‘flek paru’ (istilah awam yang keliru untuk
tuberkulosis paru). Rasa khawatir itu pula mendorong orangtua meminta
(terkadang memaksa) dokter untuk melakukan Rontgen dada.
Harus dipahami bahwa batuk adalah refleks spontan pertahanan
tubuh ketika ada zat asing yang masuk ke saluran pernapasan. Zat asing tersebut
akan merangsang reseptor “saklar”) batuk yang ada di sel napas.Andaikan tidak
ada refleks batuk, zat asing akan menumpuk di saluran pernapasan dan
mengakibatkan penyakit. Oleh karena itu, batuk dapat dianalogikan sebuah alarmdetektor asap. Ketika alarm berbunyi, yang
harus dimatikan adalah sumber asap bukan bunyi alarm.
Batuk juga akan timbul bila ada penyebab yang menyebabkan timbulnya peradangan
di sel napas seperti infeksi saluran napas, asma, dan lain- lain.
Rontgen dada
adalah salah satu alat sederhana untuk mendeteksi penyebab dari batuk, namun
tidak berarti semuanya dapat terdeteksi. Rontgen bekerja
dengan menggunakan radiasi sinar X. Cara pengoperasiannya tidak menyakitkan.
Efek samping terkesan minim, namun bagaimanapun paparan radiasi sinar X
berlebihan (tidak sesuai indikasi) dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh yang
sehat. Kontroversi mengenai efek samping sinar X masih berlanjut hingga saat
ini.
Dokter akan mempertimbangkan Rontgen dada
bila batuk kronik (lebih dari 2 minggu) dan terdapat tanda bahaya napas seperti
napas cepat, sesak napas, biru di bibir/kuku, dan batuk panjang seperti
menggonggong. Rontgendada juga
diperlukan bila dokter mencurigai ada trauma dada dan kelainan jantung pada
anak. Hasil pemindaian dada tersebut akan tercetak di sebuah film. Dokter akan
menginterpretasinya, kemudian mencocokan dengan gejala dan temuan fisis pada
anak sehingga membantu menegakkan atau menyingkirkan diagnosis.
Dengan demikian, Rontgen dada
hanya alat bantu dan tidak rutin dilakukan ketika anak batuk. Riwayat
perjalanan penyakit dengan segala keluhan terlibat dan pemeriksaan oleh dokter
lebih utama.
SUMBER : IDAI/seputar/kesehatan/anak/batuk/darah/pada/anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar